Foto: Fatahillah Mansur
smartcitymakassar.com - Makassar - Group WhatsApp dari Rumah Data, Indeks Demokrasi, Lentera Kata, Political School, dan Accaritaki' menyelenggarakan Dialog Pilkada Damai dengan tema Tanpa Hoax, Sara dan Black Campign di Warkop Dottoro 212 Boulevard Makassar. Rabu, (21/3/2018).
Beberapa narasumber yang turut hadir yakni Dr. Arqam Azikin Pengamat politik dan Kebangsaan, Dr. Sawedi Muhammad Pengamat Sospol Unhas, Dr. Abdi Pengamat Kebijakan Publik Unismuh, Suwadi Idris Amir Admin Group, dan Djaya Jumain sebagai Moderator.
Dr. Abdi dalam pemaparannya, menyebutkan ada tiga pendekatan yang bisa digunakan dalam menilai dan menangkal informasi hoax, SARA dan Black Campaign yaitu pendekatan logika, estetika dan etika.
“Itulah saya kira menjadi penangkal atau menjaring informasi hoax. Ketiga itu memberi penjelasan kepada kita dalam menilai. Begitu juga dalam black campaign yang tidak sesuai fakta,” ujar Dr. Abdi.
Hoax itu, menurut dia, merupakan kebiasan orang - orang dalam melihat sebuah kebenaran, tanpa menggunakan tiga pendekatan tersebut.
“Logika, menjadi alas dalam berpikir yang sesuai hukum - hukum. Etika membedakan baik dan buruk dan estetika menjadi sudut pandang menilai keindahan,” katanya.
Sementara Dr. Arqam Azikin berpendapat, untuk mewujudkan Pilkada Damai salah satu cara yang dapat dilakukan antara tim kandidat adalah saling menghargai pemikiran antara satu sama lain dan memperat silaturahmi.
“Cerita pilkada ini hanya sampai 27 juni, setelahnya itu berakhir. Yang penting adalah silaturahmi, kalau silaturahmi kita baik bisa berlanjut sampai 27 juni tahun - tahun selanjutnya,” tutur Dr. Arqam Azikin.
Menurut dia, pilkada khususnya Pilwali Makassar hanya momentum untuk memperebutkan area - area kecamatan. Oleh karena itu, ia mendorong grup whatsapp di media sosial untuk turut aktif mengkampanyekan Pilkada damai.
“Pilwali ini hanya memperebutkan area kecamatan ji. Mari saling menghargai satu sama lain,” tandas Arqam Azikin.
Kegiatan ini dihadiri Tim Paslon Wali Kota Makassar, komunitas wartawan politik serta sejumlah aktivis mahasiswa. (Fatahillah Mansur)
