MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Senin, 24 September 2018

Ballangkoa Versus Olo-Olo Je'ne

(Foto : Ilustrasi)
smartcitymakassar.com - Makassar - Seperti biasanya, ritual Baraccung di pagi hari adalah segelas kopleng atau kopi le'leng (kopi hitam) ditemani sebatang rokok. Ketika zat putih diembuskan dari benda itu, asapnya menari-nari mengiringi indahnya pagi.

Santai nian nampaknya. Sesekali terlihat ngakak sendiri saat membaca obrolan di group WA. Tak ada angin dan tak ada hujan, sontak Baraccung kaget dan nyelutuk, "Alamak, kenapa sede' ada istilah cebong sama kampret di group!"

Sebenarnya, kedua istilah yang sedikit menohok adalah produk dari Pilpres 2014. Sekarang masih menjadi senjata bagi kedua kubu yang kembali saling berhadap-hadapan. Fenomena ini bisa kita simak di jagat medsos seperti: Facebook, Twitter, atau di group WhatsApp. 

Mereka saling menyerang dengan sebutan tersebut. Parahnya, ketika menyebut cebong-kampret, diikuti dengan aura negatif, menjelekkan, menghina, bahkan mengfitnah!

Tentu saja suasana yang dialami Baraccung, tadinya santai berubah menjadi kesal. "Kenapa harus cebong atau kampret. Adakah istilah lain yang lebih bagus dan lucu?" Pikirnya.

Bak seorang filsuf, Baraccung mulai menyusun strategi. Sambil mengisap rokoknya dalam-dalam, dia pandangi terus tembok rumahnya yang sudah bolong-bolong. Begitulah gelagatnya, jika ingin mencari inspirasi.

"Eureka, eureka...!!" Girangnya meniru Archimedes ketika menemukan rumus bahwa berat air yang tumpah sama dengan gaya yang diterima tubuhnya. "Kenapa tidak pakai istilah ballangkoa sama olo-olo je'ne saja?" Sambungnya dalam hati.

Baraccung mencoba mengganti istilah kampret menjadi ballangkoa  (burung elang) dan olo-olo je'ne (jentik). Istilah tersebut terambil dari bahasa Makassar dan nuansanya tidak melukai dan bersifat jenaka.

Dimana letak jenakanya kedua istilah baru itu? Sesuai saran Baraccung, contoh sebuah berita berjudul, "Kubu olo-olo je'ne baku racca sama kubu ballangkoa". Judul tersebut terselip kata racca yang konteksnya berarti menyerang berkali-kali. Meski judulnya horror, tapi isinya bertolak belakang.

Isi beritanya begini, "Kedua kubu saling baku racca. Kubu olo-olo je'ne membuat racca-racca mangga, sementara kubu ballangkoa membuat racca-racca paria". Maksud dari racca-racca mangga dan racca-racca paria adalah makanan khas kota Makassar.

Kedua makanan khas dirangkai dengan istilah baru itu menjadi sesuatu yang baru. Nah, tentu saja proses perpaduannya menjadi lucu dan tidak melukai-kan? (Rahmat Mustafa)