MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Jumat, 01 Januari 2016

Andi Amran Sulaiman: Dari Pondokan ke Kursi Menteri



smartcitymakassar.com -Nasional- Sosoknya dikenal  cerdas, jujur serta sangat low profile. Prestasi akademiknya memang mencorong. Di Universitas Hasanuddin Fakultas Pertanian, baik gelar sarjana, magister serta gelar doktoral, dia lulus dengan IPK 4,0 serta predikat Cumlaude. Di bidang akademik ini pula dia berhasil melakukan berbagai macam penemuan yang sangat bernas seperti pembasmi hama racun tikus. Memang, dunia penelitian,  birokrat dan entrepreneur menjadi lahan pengabdiannya.

Kiprah hidup seseorang memang senantiasa menyiratkan segudang nilai-nilai hidup yang diperolehnya sejak masa kanak-kanak dan kemudian menjadi anutan hidup ketika orang tersebut melangkah dalam kedewasaan. Inilah yang ditunjukkan oleh Dr. Ir. H. Andi Amran Sulaiman, MP. atau lebih akrab disapa Amran.

Kerja keras, tahan banting dan tidak mengenal kata menyerah memang menjadi bagian dari kepribadian yang ditanamkan orang tuanya sejak kecil. Berasal dari keluarga yang terbilang pas-pasan, Amran melakoni hidupnya dengan cara yang demikian sederhana. Sejarah hidup sosok yang sangat 'low profile' ini demikian berliku dan banyak dipenuhi cerita-cerita yang memiriskan hati.

Pernah suatu ketika, saat dia ke Jakarta untuk mengurus hak paten penemuannya, karena kondisi keuangannya sangat terbatas, Amran berangkat ke Jakarta hanya dengan menumpangi kapal laut. Di Ibu Kota, sambil mengurus hak patennya, karena tak memiliki uang, dia harus pulang sebelum pengurusan itu selesai. Saat itu, ia benar-benar telah kehabisan ongkos hidup di Jakarta.

Sewaktu mahasiswa, sebagai mahasiswa yang berasal dari kabupaten, Amran harus tinggal di pondokan mahasiswa. Ada banyak cerita yang menjadi kenangan di sana tentang bagaimana kehidupannya yang demikian pas-pasan itu mampu menjadi membangun mentalitas karakternya. Pernah suatu ketika, karena tak memiliki uang, bersama seorang sahabatnya saat Kuliah Kerja Nyata (KKN), Amran hanya makan seporsi mie instan yang dibaginya berdua. Pernah pula untuk mengisi keroncongan perutnya, Amran hanya mengkonsumsi sebutir telur, itu pun di bagi bersama 5 orang kawannya.Semua kejadian ini menjadikan sosok Amran mampu demikian empati terhadap dunia sekitarnya. Sejarah hidup seperti ini pula yang semakin membangkitkan tekadnya untuk mampu berbuat bagi orang banyak serta mengantarkannya menjadi seorang yang berkarakter kuat dan pekerja keras yang luar biasa.

Sebagai seorang yang profesional yang kiprah pengabdiannya sangat beragam dan luas ini, Amran memang sangat menghayati nilai-nilai kejujuran dan kerja keras, Amran memang menjadi sosok yang dikenal mampu menjadi “suluh” bagi sekelilingnya. Terlepas dari apa pun, Amran merupakan sosok yang di setiap jejak langkahnya senantiasa meninggalkan “benih-benih”kemaslahatan bagi lingkungan sekitarnya. Sang penerobos yang tak takut akan tanggung jawab dan resiko yang diemban dan diamanahkan padanya. Sosok muda yang dalam dirinya mampu menyintesakan berbagai hal antara dunia akademik penelitian, dunia usaha serta idealisme politik untuk kemaslahatan orang banyak.

Beragam medan pengabdian pernah digelutinya, mulai dari akademisi (dosen), birokrat dan entrepreneur menjadikan sosok Amran memiliki multi talenta berada dalam sosok karakter yang menonjol dari segi apa pun.Kedekatannya pada berbagai ragam profesi dan kemampuan komunikasinya yang demikian tinggi, menjadikan Amran dengan cepat mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan dan kemudian bergerak ikut mewarnai lingkungan tersebut.


Tidak mengherankan bila jejak kiprahnya ini kemudian dilirik langsung Presiden Joko Widodo. Ini pula  yang kemudian membawanya pada dimensi lain dalam hidup pengabdiannya. Apalagi ketika harapan yang terbangun dari Kawasan Timur Indonesia kemudian meminta dan mengusulkannya menjadi menteri. Semula dia menolaknya dengan halus, karena bila yang diinginkan adalah kemapanan hidup, Amran telah memiliki segalanya. Namun akhirnya dia menerima ketika Joko Widodo memintanya langsung dan mengajaknya untuk mengembang amanah pengabdian yang memang telah menjadi tujuan dan panggilan hidupnya.


Dari Seorang Akademisi dan Peneliti


Benarkah kemiskinan sebagai penghalang utama bagi seseorang untuk menjadi sukses? Mustahilkah orang miskin menjadi sukses? Pertanyaan-pertanyaan tersebut semakin relevan dengan adanya mitos-mitos kemiskinan dan kekayaan sebagai sebuah nasib. Bagaimana pun sebuah kerja keras dilakukan, nasib tidak mungkin berubah. Ada suratan tangan yang menggariskan rezeki setiap manusia walau hanya bekerja dan berjuang sekedarnya.

Apalagi ada mitos modern bahwa di negeri tak jelas garis ideologi seperti Indonesia, berlaku sistem social di mana yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin.Anggapan ini diperkuat oleh fakta penelitian yang dilakukan oleh Wade C. Edmundson tentang distribusi pendapatan yang terjadi di tingkat pedesaan. Hasil penelitian tersebut pernah termuat dalam Bulletin of Indonesian Economic Studies dengan judul Do the RichGet Richer, Do the Poor Get Poorer? East Java, Two Decades, Three Village, 46 People.

Dr.Ir. H. Andi Amran Sulaiman MP. yang karib disapa Amran, seorang akademisi yang terbilang sukses dari tanah Bugis-Makassar, kelahiran Kabupaten Bone ini, sangat tidak setuju dengan pandangan dan pemikiran tersebut. Sebagai penemu “racun pemusnah tikus”, Amran menganggap hal itu sebagai suatu sikap apatis.Sebuah sikap negatif yang mengerdilkan dan mencela diri sendiri. Baginya, cara pandang itu tidak mencerminkan dan tidak menghormati kekuatan dan kemampuan seseorang dalam dirinya. Sebuah mitos dan cara pandang yang mengkhianati anugrah sang pencipta.

Karenanya, sejak dini, Amran selalu berjuang keras, berjuang tanpa henti untuk bisa menaklukkan cara pandang yang menempatkan nasib sebagai sesuatu yang tak bisa diubah. Baginya, membiarkan diri dalam kegagalan dan kemiskinan adalah sebuah tindakan kezaliman yang dilakukan terhadap diri sendiri dan potensi yang diberikan sang pencipta. Sebab pada dasarnya, sebagai manusia, setiap orang mempunyai kodrat dan hak yang sama dengan semua orang untuk menjadi sukses, sejahtera dan menjadi pandai.

Pengalaman Amran sebagai peneliti yang menemukan alat pemusnah hama tikus, membuat dirinya terbiasa hidup dengan penuh dialektika, sistematis, konsisten, telaten serta tak kenal putus asa. Pengalaman itu pula yang mengajarkannya menjadi seorang yang kreatif dan inovatif mengelola hidup ini dengan melahirkan banyak hal baru yang menyentuh kemaslahatan hidup orang banyak. Karena pengabdian ini pula sehingga selama 6tahun menjalani profesi sebagai tenaga pengajar akademik serta peneliti, dia tak pernah mengambil gajinya. Memang sikap seperti ini terkesan agak aneh, namun itulah yang ditunjukkan oleh Amran. Sikap pengabdian yang bukan hanya berhenti pada kata-kata, namun memang telah mengalir dalam sikap perbuatannya sehari-hari.

Sebagai seorang akademisi (dosen) dan peneliti, Amran memang tergolong sosok yang sangat menyukai tantangan. Jiwa intelektualitasnya senantiasa menyala bila menemukan sebuah persoalan yang sulit mendapat jawaban. Sejak menempuh pendidikan tinggi di fakultas Pertanian Unhas Makassar, jiwa itu telah terbentuk.Tidak mengherankan bila sewaktu menempuh pendidikan tinggi strata satu, dia telah berhasil mencatatkan sebanyak 4 hak paten penemuannya. Di Strata pendidikan Magister, Amran juga berhasil lulus dengan prestasi mengagumkan dengan cum laude dengan IPK sempurna 4,0 yang juga dilanjutkan ketika berhasil lulus dengan cum laude juga dengan IPK 4,0 di pendidikan Doktoralnya.

Dengan lahan pengabdian sebagai akademisi (dosen) dan peneliti, Amran memang bisa dikatakan sangat haus akan ilmu dan nilai-nilai intelektualitas. Semangat mencari kebenaran merupakan hal yang sangat dijunjung tinggi.Inilah yang kerap membawanya pada kegelisahan seorang intelektual bila menemukan hal yang mengganggu pikirannya. Seperti ketika dia merasakan rasa sedih para petani ketika tanaman yang menjadi tumpuan hidupnya habis karena terserang hama tikus.Kegelisahan inteltual inilah yang kemudian terus membawanya hingga pada penemuan dan terobosan bagaimana menanggulangi serangan hama tikus tersebut.

Tikus adalah salah satu hama pengganggu yang sangat merepotkan petani. Saat menyerang, kerugian yang ditimbulkan pasti cukup serius. Namun bagi Amran, hama tikus justru menjadi berkah hidup. Gara-gara binatang ini, ia berkesempatan menjabat tangan Presiden RI ke-6 Susilo Bambang Yudhoyono dengan bangga sembari menerima Satyalencana Kategori Perorangan Bidang Wirausaha Pertanian, di Palembang 7 Juli 2009 lalu. Temuannya, berupa racun tikus yang lebih ekonomis dan efisien dari yang sudah ada, menempatkan Amran sebagai warga yang sangat berjasa menekan kehilangan produk padi dari serangan hama tikus.


Menjejak Ranah Entrepreneur


Pola hidup disiplin sangat tergambar pada keseharian pria yang lahir di Kabupaten Bone, 27 April1968.Kedisiplinan bagi Amran adalah “harga-mati” bila ingin menaiki tangga kesuksesan. Segalanya harus dimulai dengan menerapkan prinsip hidup ini. Tidak mengherankan bila di usia yang relatif muda, ia sudah mampu membangun dan membesarkan 14 perusahan yang tergabung dalam sebuah Holding Tiran Group, yang meliputi Unit Usaha: Tambang Emas, Tambang Nikel, Proyek Gula, Proyek Perkebunan Kelapa Sawit, SPBU, Distributor Unilever, Distributor Semen, Produsen Pestisida, dan usaha lainnya. Pada saat yang sama, ia juga aktif diberbagai organisasi seperti: Sekretaris SP BUN PG. Camming (1998), Sekretaris FPPI di Kendari - Sultra (1998), Ketua Umum SPBUN Kandir PTPN XIV (2006 – 2010), Pimpinan Redaksi Bulletin Bina Insani Terbitan SP-BUN Kantor Direksi PTPN XIV (2006 – 2010), Bendahara Umum Ikatan Ahli Gula Kawasan Timur Indonesia (2006 – 2010),Ketua Umum Perhimpunan Teknik Pertanian Indonesia (PARTETA) Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat (2007 – 2010), Ketua I Koperasi Puskopin PT Perkebunan Nusantara XIV (2007 – 2011), Ketua Bidang Pertanian IKAGI KTI (2008 – 2012), Ketua IKA Teknologi Pertanian Unhas (2010-2015), Bendahara ICMI Sulsel (2012 -2016), Ketua Agro Kompleks Universitas Hasanuddin (2012 -2017), Bendahara IKA Pascasarjana Universitas Hasanuddin, Ketua Umum PMDI Sulawesi Selatan-Barat, dan segudang aktifitas lainnya.

Sejak menekuni entrepreneurship sejak 8 tahun yang lalu, Amran sangat menekankan nilai-nilai kejujuran.Nilai-nilai kejujuran memang mewarnai semua gerak hidupnya sehari-hari, Ia bekerja mengikuti realitas dorongan hati-nurani yang senantiasa memandu setiap jejak langkah yang ingin ditorehkannya pada kehidupan.

Bagi Amran, menjadi orang jujur akan memiliki pengaruh energi yang sangat positif. Orang akan menghargai kejujuran dan bisa menghargai pendapat kita. Mengatakan kebenaran dalam segala situasi selalu merupakan pilihan terbaik karena sekali ketahuan kita berbohong maka selamanya akan dikenal sebagai pembohong.

Di samping itu, Amran juga sangat menekankan tanggungjawab dalam setiap kiprah kehidupannya.Baginya, tanggungjawab dan keberanian memang memiliki peran yang sangat besar bagi tangga kesuksesan seseorang. Menghindari tanggungjawab bagi Amran dapat diibaratkan sebagai “orang mati yang berjalan”. Orang seperti ini hanya hidup secara jazad tapi jiwanya telah mati. Mereka kehilangan kemampuan untuk percaya pada diri sendiri. Akibatnya, mereka kehilangan energy hidup dan tak lagi mampu membedakan antara kebaikan dan keburukan dalam hidupnya.

Oleh karena itu, keberhasilan dapat diukur sejauh mana kita menerima tanggungjawab. Kualitas semua orang yang sukses adalah sama, yaitu kemampuan mereka untuk mengambil tanggungjawab. Orang seperti ini akan berani bertahan dalam usaha yang penuh dengan tantangan dan resiko. Dengan tanggungjawab, kita akan menemukan diri senantiasa berada dalam lingkaran tantangan hidup yang menjadikan energy hidup kita semakin bertambah.

Pada sisi lain, hal yang sangat menunjang bergeraknya seseorang menuju hidup yang lebih baik adalah kerja keras yang disertai doa. Inilah yang menjadikan seseorang mampu merasakan dan menikmati apa pun proses serta hasil kerjanya dengan rasa nyaman.Meneguhkan doa pada setiap usaha dan perjuangan menjadi semacam pengontrol bagi diri untuk menaklukkan segenap ambisi dan ketamakan yang tak ketulungan pada diri seorang.

Sampai saat ini, omzet perusahaan yang telah dibukukaknnya telah mencapai 500 Milyar per tahun dan telah mengelola asset sebesar kurang lebih 1 Triliun Rupiah. Omzet dan asset tersebut diperoleh dari modal awal minus 500.000 rupiah (pinjam uang dari BRI sebesar Rp 500.000). Sebuah kerja keras ini diperolehnya dari pembelajaran terhadap nilai-nilai hidup yang telah ditanamkan orang tuanya sejak masa kanak-kanak, yakni kejujuran, tak menghindari tanggungjawab, pantang menyerah dan kedisiplinan hidup.

Kemapanan hidup yang telah diperolehnya ini tidaklah menjadikan Amran berpuas diri. Medan pengabdian pada masyarakat dan kegelisahan untuk memberi kontribusi pada kemaslahatan bersama menjadi panggilan nurani yang terus membangkitkan geloranya untuk berbuat sesuatu bagi masyarakat. Inilah yang membuat Amran senantiasa memperluas medan pengabdian yang digelutinya selama melakoni hidup.


Kiprah Sang Birokrat


Medan pengabdian seorang Amran memang demikian luas. Ketika PTPN Perkebunan membuka peluang untuk menerima karyawan yang hendak didudukkan pada pos pejabat pimpinan, Amran pun tergerak mencoba medan pengabdian ini. Saat itu, dari sekitar 7000 pelamar yang ikut, hanya 112 yang diterima magang, termasuk pria yang senantiasa tampil sederhana ini dan yang pertama diangkat menjadi staf pimpinan.

Dalam BUMN inilah kiprah Amran juga melejit cemerlang. Selama 6 tahun pengabdiannya, tercatat Amran mampu mendapat promosi kenaikanpangkat/jabatan 4 kali. Bisa ditebak bagaimana prestasi yang telah ditorehkan pada perusahaan perkebunan Negara ini. Prestasi yang hanya bisa didapatkan dari sebuah kerja yang bukan saja keras namun juga kerja cerdas. Selama 14 tahun pengabdiannya di BUMN ini, catatan prestasi pria kelahiran Bone, Sulsel ini memang patut diacungi jempol.

Sebagai seorang birokrat, Amran benar-benar memahami bagaimana seluk-beluk birokrasi Indonesia. Reformasi birokrasi yang menjadi disertasi Doktoralnya mengulas hal ini dengan sangat jernih. Baginya, tantangan terbesar birokrasi Indonesia memang adalah paradigma di mana semangat “dilayani” masih demikian menonjol dibanding semangat “melanyani”.

Kondisi inilah yang membuatnya terkadang gregetan serta ingin mengubah model kerja tersebut. Hal yang paling memungkinkan adalah bagaimana reformasi birokrasi dengan semangat “melayani” ini mampu bertransformasi menjadi budaya birokrasi dan terinternalisasi dalam setiap tahapan pekerjaan. Inilah tantangan birokrasi kita ke depan yang bagi Amran sangat mendesak untuk memperoleh perhatian pemerintah.

Sebagai seorang ahli di bidang pertanian, terutama bidang kelapa sawit serta tebu, Amran sangat memahami potensi besar perkebunan nasional ini. Baginya, yang memang harus dibenahi adalah system birokrasi kita serta semangat entrepreneurship dalam bidang birokrasi.Disamping sebagai pakar di bidang kelapa sawit dan tebu, Amran juga dikenal sebagai pakar dalam hal penangkapan babi. Bahkan pernah dia berhasil menangkap 2. 430 ekor babi dalam 24 jam. * (Makmur Gazali)