Wali Kota Makassar Moh. Ramdhan Pomanto (Foto: Humas Pemkot)
smartcitymakassar.com - Siapa menyangka jika bangunan sistem pelayanan
masyarakat di kota ini diawali dengan kata “Sombere”. Ternyata Wali Kota
Makassar Moh Ramdhan Pomanto telah menggagas kata tersebut menjadi satu
diantara tiga program strategis Pemerintah Kota (Pemkot) Makassar.
Sombere inilah merupakan landasan atau pondasi
demi mewujudkan sinergitas dua program strategis berkelanjutan nantinya,
seperti di bidang kebersihan yang dikemas dengan program Makassarta Tidak
Rantasak (MTR) dan Smart City yang bertujuan membangun pola pola layanan
masyarakat secara responsif berbasis ilmu tekhnologi (IT).
“Inilah bangunan sistematis program yang kita
jalankan dari awal. Kita memulai melalui pembenahan sistem. Sombere adalah
bagaimana melakukan pendekatan terhadap element element terkait hingga sampai
ke masyarakat,” kata Danny sapaan akrab Wali Kota Makassar.
Dimana, lanjut pimpinan berlatar belakang
konsultan tata ruang ini, sejatinya Sombere berjalan sesuai dengan
ketentuannya. Dilakukan dengan pendekatan-pendekatan sentuh hati.
Sehingga apapun yang menjadi kebijakan pemerintah
untuk melahirkan program-program mampu atau mudah dipahami dan diterima oleh
masyarakat secara menyeluruh di kota ini.
Bahkan, lewat Sombere dengan gerakan sentuh
hatinya dianggap mampu meningkatkan partisipasi masyarakat untuk ikut serta
dalam mewujudkan pembangunan kota ini secara berkelanjutan, atau continue.
“Apalagi kita sudah buatkan protokolnya setiap
minggu. Jadi ada agenda yang dibuat untuk saling berkoordinasi. Selasa sampai
Kamis agenda sentuh hati buat 20 rumah tangga selama tiga hari,” sebut Danny
atau DP.
Adapun tujuan sistem protokol yang diagendakan
dimaksudkan untuk memperkuat program program terkait dengan peningkatan
kesejahteraan masyarakat lorong berpenghasilan rendah. Seperti inovasi lorong
garden (longgar) yang nantinya akan ditingkatkan menjadi Badan Usaha Lorong
(Bulo).
Disamping itu, protokol juga merupakan alat untuk
membangun koordinasi antar pimpinan dengan kepala kelurahan dan kecamatan.
“Senin itu, kita rapat koordinasi seluruh camat
dan lurah. Jumat, reporting kerja SKPD, Sabtu dan Minggu kerja bakti. Kalau ini
sudah jalan, pasti masyarakat terbentuk hatinya semua, itulah sombere,” jelas
ayah tiga putri ini.
Apabila telah maksimal terlaksana, maka penguatan
layanan dasar di dua bidang seperti kesehatan dan pendidikan, optimistis dapat
terwujud.
Pada dasarnya, ketiga pola program strategis ini
berjalan sistematis hingga masyarakat masih memberi kepercayaannya untuk Danny
menjabat kembali sebagai wali kota.
Masyarakat, kata Danny bisa terlayani dengan
program homecare di bidang kesehatan. Dimana, layanan tersebut sifatnya riil
time, seluruh petugas kesehatan di 14 wilayah kecamatan akan mendatangi rumah
masyarakat jika dibutuhkan.
“Kalau di bidang pendidikan kita perkuat dengan
Makassar student smart card,” terangnya.
Danny menambahkan, melalui Sombere, Makassar
menjadi lain dalam mewujudkan kota pintar dibandingkan dengan kota-kota lainnya
yang juga menjalankan program smart city.
“Smart city kita dimulai dari pendekatan sombere.
Smart city membuat semua kota sama, tidak ada pembeda kota satu dengan lainnya.
Yang membedakan itu somberenya, kenapa kita gunakan itu karena menjadi pembeda
dengan kota lain,” ujar Danny.
Kepala Bagian Humas Sekretariat Pemkot Makassar,
Firman Pagarra menjelaskan, paduan antara Sombere dan SmartCity bisa dilihat
jelas pada progam kesehatan Homecare.
Begitupun pada program Makassar Student Smart
Card. Pola sentuh hatinya nampak pada sistem pengawasan orangtua siswa kepada
anaknya. Seluruh aktifitas peserta didik dapat terpantau minimal pada
pengawasan kehadiran setiap harinya.
“Makassar student smart card itu notifikasi ke
ibunya langsung. Jadi ibunya bisa tau anaknya, bisa dimonitor. Kalau homecare
itu smart city-nya ada di telemedicine dan somberenya petugas kesehatan
langsung ketemu masyarakat di rumah. Kalau tidak sombere masyarakat ke rumah
sakit pastinya,” terang Firman.
Selanjutnya Sombere juga implementasi dari program
Bank Sampah. Sampah hasil produksi masyarakat menjadi media membangun
komunikasi bagi masyarakat untuk berpenghasilan. Dimana sampah pilahan saat ini
sudah ternilai tidak lagi menjadi barang yang dipandang sebelah mata.
“Paling tidak sampah masyarakat dijemput di rumah,
itulah Sombere. Kemudian lurah setiap minggunya ketuk pintu ke 20 rumah
warganya di lorong-lorong,” tutur Firman kembali.(Iskandar Burhan)
MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019
Kamis, 06 Oktober 2016
Home »
Government
» Dari Sombere Layanan Masyarakat Terbangun