Foto: Dokumentasi Kemendikbud
smartcitymakassar.com - Jakarta - Tuhan
menciptakan manusia dengan berbagai macam kondisi. Apapun kondisinya, manusia
tetap harus bisa mensyukuri nikmat yang telah diberikan Tuhan. Setidaknya
itulah yang ditunjukkan Ervista, siswa Sekolah Luar Biasa (SLB) Nusantara, yang
menjadi penerima Kartu Indonesia Pintar (KIP) untuk kategori anak yatim yang
tinggal di panti asuhan.
Sebagaimana
dikutip dari laman resmi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud),
kemendikbud.go.id, Ervista, anak lelaki berusia 16 tahun itu kini duduk di
kelas 9 SLB Nusantara, Depok, Jawa Barat. Kegiatannya sehari-hari dilakukan di
atas kursi roda karena keterbatasan fisik yang dimilikinya. Kedua kakinya
lemah, tidak bisa digerakkan selayaknya anak sehat. Persendian dan tulang di
bagian kaki, serta otot bagian bawahnya juga lemah, sehingga Ervista harus
menggunakan kursi roda untuk berpindah tempat. Selain itu, tangan kanannya juga
tidak bisa digerakkan. Hanya tangan kiri Ervista yang bisa berfungsi dengan baik.
Namun,
kondisi itu tidak membuat Ervista patah arang. Ia tetap bersemangat melanjutkan
sekolahnya. Bahkan, sekolah menjadi tempat favoritnya dalam menyalurkan hobi
dan kesenangan. “Suka belajar nyanyi,” jawabnya ketika ditanya apa hal yang
paling disukainya di sekolah. Ia pun bersemangat saat mengatakan bahwa grup
band Ungu menjadi grup musik favoritnya.
Sekolah
menjadi tempat yang menyenangkan bagi Ervista. Anak yatim penerima KIP itu
mengaku sangat senang berada di sekolah, karena memiliki banyak teman dan guru
yang baik. Mata pelajaran yang paling digemarinya adalah Bahasa Indonesia.
“Nggak susah,” tuturnya.
Guru
pendamping Ervista, Kusnaeni, mengatakan, Ervista tetap mengikuti semua
kegiatan di sekolah bersama teman-temannya, termasuk kegiatan olahraga. “Kami
tidak membeda-bedakan, tapi materinya diturunkan sesuai kemampuan dia,”
ujarnya.
SLB Nusantara
merupakan Sekolah Luar Biasa yang berasrama. SLB ini menerima peserta didik
yang memiliki keterbatasan fisik, termasuk anak yatim piatu seperti Ervista.
Meski tidak tinggal di panti asuhan, Ervista tetap memenuhi kriteria sebagai
siswa penerima KIP dari kategori anak yatim yang tinggal di panti asuhan karena
ia tinggal di asrama khusus anak yatim piatu di SLB Nusantara.
“Kita bina
anak-anak supaya bisa mandiri di masyarakat,” kata Kusnaeni, saat acara
pemberian KIP oleh Presiden Joko Widodo ke anak-anak yatim di Jakarta
International Expo, Kemayoran, Jakarta, (26/1/2017).
Ayah Ervista
sudah lama tiada. Ibunya merupakan ibu rumah tangga yang tinggal di rumah,
sementara Ervista tinggal di asrama SLB Nusantara untuk mendapatkan pendidikan
dan bimbingan yang tepat. “Anak-anak pulangnya bisa seminggu sekali, sebulan
sekali, atau saat liburan sekolah dan lebaran,” ujar Kusnaeni. Ia mengatakan,
bagi anak-anak yang tidak pulang ke rumah saat hari libur, sekolah tetap
menyelenggarakan kegiatan untuk anak-anak di SLB Nusantara, agar anak-anak
berkebutuhan khusus itu bisa memiliki kemampuan komunikasi dan sosialisasi yang
baik.
Pada awal
tahun 2017, Presiden Joko Widodo meminta peningkatan distribusi KIP khusus
untuk anak yatim, terutama yang tinggal di panti asuhan. Kementerian Pendidikan
dan Kebudayaan (Kemendikbud) lalu melakukan pendataan, dan tercatat ada sekitar
760-ribu anak yatim yang tinggal di panti asuhan dan berhak menerima KIP.
Akhirnya, pada acara pembukaan RNPK 2017, Presiden memberikan KIP secara
simbolis kepada siswa Panti Asuhan di wilayah Jakarta Bogor Depok Tangerang
Bekasi (Jabodetabek). Mereka yang telah menerima KIP dari kategori itu berjumlah
2.844 siswa dari 309 sekolah, yang terdiri atas 909 siswa SD, 992 siswa SMP,
223 siswa Sekolah Menengah Atas, 628 siswa Sekolah Menengah Kejuruan, dua siswa
Sekolah Luar Biasa, dan 90 siswa Kejar Paket. (iskandar burhan)