MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Jumat, 25 Desember 2015

Farid Husain, Sang Dokter yang Juru Damai



smartcitymakassar.com -MAKASSAR- “Pagi Itu udara dingin di luar gedung Konigstedt Mansion, Helsinki, mencapai minus 21 derajat Celsius. Bukan hanya untuk ukuran orang Indonesia, untuk orang Finlandia pun cuaca demikian sudah dianggap tidak bersahabat.Tapi Bagi saya, itu tidak jadi masalah. Yang penting, hari itu 27 Januari 2005, perundingan antara Pemerintah Indonesia dengan GAM dimulai…”

Itulah sepenggal tulisan Dr. Farid Husain, Sp.B.KBD dari bukunya “To See The Unseen ( Kisah di balik Damai di Aceh)” yang menceritakan rangkaian momen penting dari tercapainya kesepakatan damai di tanah Rencong tersebut. Nama pria kelahiran Soppeng, 9 Maret 1950 ini memang melejit ketika pada tahun 2005 lalu,  Pemerintah Indonesia membuka ruang dialog serta perundingan damai dengan Gerakan Aceh Merdeka (GAM).

Dipercaya langsung oleh M. Jusuf Kalla sebagai penanggung jawab tim perunding dari Pemerintah Indonesia, Farid Husain mengembang sebuah tanggung jawab yang sedemikian berat. Bagaimana tidak, sebelumnya, perundingan yang diinisiasi oleh Henry Dunant Center (HDC) di Tokyo mengalami jalan buntu.

Namun bukan Farid Husain kalau ia menolak tanggung jawab itu. Di samping rasa hormatnya pada M. Jusuf Kalla yang memintanya langsung dan tidak ingin mengecewakannya, sejak kecil, ia memang dikenal dengan karakter yang tak mengenal takut dan pandai bergaul. Hal inilah yang menjadi modal utamanya dalam setiap memulai membuka ruang dialog dengan berbagai pihak. “Modal lain yang juga sangat penting adalah rasa saling percaya”, ujarnya.

Tidak mengherankan bila Farid Husain senantiasa berada dibalik setiap urusan perdamaian yang pernah dilakukan Pemerintah Indonesia. Bukan hanya perundingan dengan GAM, di Poso, ayah dari 3 putra dan 1 putri ini juga berperan penting dalam perjanjian Perdamaian di Poso, Sulawesi Tengah serta di Ambon.

Sebagai dokter spesialis bedah, Farid Husain memiliki keuntungan tersendiri ketika mengembang tugas sebagai juru damai. “Pada umumnya para pihak yang berkonflik tidak menaruh kecurigaan pada seorang dokter karena tugas kemanusiaanya”, katanya. Hal inilah yang dimanfaatkannya ketika mendekati para tokoh yang sedang berkonflik.

Berasal dari keluarga besar, Farid Husain merupakan anak ketiga dari tujuh bersaudara. Ayahnya, Muh. Husein, seorang guru yang sepanjang hidupnya pengabdikan diri di dunia pendidikan, sedangkan ibunya Saidah adalah seorang ibu rumah tangga.

Kemampuannya dalam membina pergaulan memang diasahnya sejak dini. Di masa-masa sekolah, ia telah aktif mengikuti berbagai organisasi . Dia pernah menjadi Ketua Kesatuan Aksi Pelajar Indonesia Makassar pada tahun 1960-an. Membangun rasa saling percaya serta menjaga amanah yang diemban menjadi prinsip hidupnya sampai kini.


Satu hal yang paling dibanggakannya saat ini adalah keluarga yang dimilikinya. Anak-anaknya, dr. Fahriansyah Farid, dr. Fahrulsyah Farid, dr.Fadliansyah Farid serta dr. Faradillah Farid merupakan hartanya yang tak ternilai.* (Thoha Pacong)