MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Jumat, 12 Februari 2016

Mengeroyok 'Smart City' secara Mega Gotong-Royong (2/3)

Source: Youtube, Innovision Ltd., Siemens Crystal Project, UK

Smartcitymakassar.com. --Makassar- Berbeda dengan pemerintah Belanda dan Swedia yang mengambil posisi tidak secara langsung terlibat. Posisi mereka berada di ‘belakang layar’ atau back-seat. Mereka lebih menaruh kepercayaan kepada sang ‘nakhoda’ kota dan mendorong dalam perencanaan dan pembangunan visi masa depan kotanya. Sementara itu, pemerintah federal Amerika Serikat tidak memiliki kebijakan skala nasional menyangkut kota masa depan.

Ada karakter dan kondisi yang berbeda ketika pemerintah merumuskan, menyusun, dan menjalankan kebijakan kota masa depannya. Pemerintah tidak dapat sendiri dalam proses tersebut. Pemerintah butuh pendapat dari warganya tentang bagaimana pemahaman dan harapan kota mereke ke depan. Institusi pendidikan dan lembaga penelitian didengar masukan pengetahuannya, tinjauan ke depannya, dipertimbangkan peta-jalannya (roadmap), dan diujicobakan tawaran beberapa model kota dari mereka.

Pemerintah Federal Jerman melibatkan institusi pendidikan dan lembaga penelitian untuk suatu platform atau basis bagi Zukunftsstadt (atau kota masa depan). TU-Berlin dengan fokus program kajiannya bernama TU-Berlin Smart City Platform lengkap dengan TU-Berlin Urban Lab berperan menyumbangkan metode, model, tools, strategi and pengetahuan yang berasal dari Urban Lab-nya dan Urban Inkubator. Sementara itu Fraunhofer Institute for Open Communication System (FOKUS), salah satu lembaga penelitian terkenal di Jerman, meneliti Smart City Berlin. Peran sama juga dilakukan oleh Centre for Advanced Spatial Analysis (CASA) dari UCL London. UCL London membuat visualisasi berbasis komputer untuk perencanaan, kebijakan dan desain kota masa depan.

Institusi pendidikan dan lembaga penelitian bersama bidang usaha juga bergotongroyong untuk visi kota masa depan.  Microsoft, dalam rangkaian program CITYNET, bekerjasama dengan Pemerintah Kota Makassar dan Universitas Hasanuddin membangun program aplikasi yang bernama CityApp Appathon. Di Inggris, pemerintah kota Manchester dan Manchester Metropolitan University bekerjasama mengatasi tantangan kota dan desain kota masa depan. Pemerintah Kota Aarhus di Denmark menggandeng universitas, seperti Aarhus University, Alexandra Institute, VIA University College, bagi konsep kota masa depan Smart Aarhus yang bertujuan mengubah tantangan dan potensi menjadi nilai. (Bersambung).* (Riad Mustafa)