smartcitymakassar.com - Makassar - Selasa, (22/6/2016), Pukul 00.57 Wita, Kepala Badan Pemberdayaan
Perempuan dan Perlindungan Anak (BPPPA) Makassar, Tenri A Palallo
menyampaikan informasi melalui whatsApp group pressroom, informasinya
menuju ke Palabuhan Soekarno - Hatta. Ada apa? Tenri tidak banyak
menjelaskan, intinya merespon aduan atas tujuh Asisten Rumah Tangga
(ART) atau Pembantu Rumah Tangga (PRT) yang dipastikan tidak dapat
berlayar dengan kapal laut, KM Umsini dari Surabaya - Makassar
menuju Larangtuka, Flores, (22/6/2016).
Kapal ini berangkat Pukul 03.00 Wita. ART tidak beridentitas; tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan kartu identitas lainnya. Informasi kendala ini disampaikan Ketua Perkumpulan PRT Larangtuka, Sartina melalui telepon Pukul 12.00 Wita. “Mohon bantuan bu, kami tidak bisa berangkat karena tidak ada KTP,” kata Kasubdin PUG, Daniaty seperti ditirukan kembali Kepala Badan BPPPA Tenri A Palallo, usai mengantar ketujuh PRT ke pintu masuk KM Umsini.
Tenri mengenal Sartina sebagai relawan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang selama ini aktif mengikuti sosialisasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan perdagangan orang. Seperti biasanya, Tenri tidak perlu waktu lama untuk segera meminta informasi lengkap tentang ketujuh ART.
Ia langsung meminta agar petugas P2TP2A membuat surat jaminan atas ART yang akan berangkat itu.
Kapal ini berangkat Pukul 03.00 Wita. ART tidak beridentitas; tidak memiliki Kartu Tanda Penduduk (KTP), dan kartu identitas lainnya. Informasi kendala ini disampaikan Ketua Perkumpulan PRT Larangtuka, Sartina melalui telepon Pukul 12.00 Wita. “Mohon bantuan bu, kami tidak bisa berangkat karena tidak ada KTP,” kata Kasubdin PUG, Daniaty seperti ditirukan kembali Kepala Badan BPPPA Tenri A Palallo, usai mengantar ketujuh PRT ke pintu masuk KM Umsini.
Tenri mengenal Sartina sebagai relawan Pusat Pelayanan Terpadu Perlindungan Perempuan dan Anak (P2TP2A) yang selama ini aktif mengikuti sosialisasi Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT), dan perdagangan orang. Seperti biasanya, Tenri tidak perlu waktu lama untuk segera meminta informasi lengkap tentang ketujuh ART.
Ia langsung meminta agar petugas P2TP2A membuat surat jaminan atas ART yang akan berangkat itu.
Untuk menghindari kendala, Tenri menyiapkan tiga surat; KPPP Kota Makassar, PT Pelindo IV, dan PT. Pelni Cab Makassar. “Buat tiga surat, yang mana cocok digunakan soalnya ini tengah malam, “ kata Tenri.
Saat tiba di Pelabuhan Soekarno - Hatta, ternyata surat yang digunakan ke PT Pelni. “Saya berterimakasih atas respon GM PT Pelni, Pak Bahtiar,” kata Tenri, yang saat itu berada di bagian dalam pelabuhan bersama pejabat polsek pelabuhan.
Saat memperlihatkan surat, Bahtiar tidak berpikir panjang, “Ya… sesama pemerintah, kita harus saling percaya,” ujarnya. Dalam pertemuan 10 menit, urusan memberangkatkan ketujuh ART selesai dan mereka masuk melalui pintu penumpang seperti penumpang lainnya. Bahtiar mengingatkan agar kopian surat jaminan yang ditujukan ke PT Pelni dibawa serta untuk menghindari kendala di atas kapal.
Ketujuh ART tidak dapat menyembunyikan kebahagiaannya, mereka menyampaikan ucapan terimakasih dan berjanji akan kembali ke Makassar dengan identitas. Mereka berada di Makassar rata - rata 12 hingga 24 bulan.
Mereka bekerja di bilangan Panakukang. Pilihan kerja di rumah -rumah berdekatan untuk memastikan mereka dapat bertemu, menjalin komunikasi dan berbagi informasi kendati telah berada di tanah rantau. Di antara ketujuh ART, dua diantaranya tidak bisa baca tulis. Lainnya tamatan Sekolah Dasar dan menggunakan handphone.
Memang untuk menggunakan jasa PT Pelni, diwajibkan memiliki kartu identitas karena penjagaannya cukup ketat. Idetintas tersebut untuk memberikan jaminan kepastian keamanan kepada mereka yang menggunakan jasa Pelni.(iskandar burhan)