MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Sabtu, 30 Juli 2016

Djalan Ahmad Jani Riwajatmoe Doeloe

Gambar 1: Hooge Pad, foto dari arah barat. Tampak di sisi kanan adalah lapangan yang bernama Kerkhof Plein dan sekarang berdiri Kantor Wali Kota Makassar (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)

Smartcitymakassar.com. --Makassar- Hooge Pad adalah nama sebuah jalan yang sekarang berubah menjadi jalan Ahmad Yani yang dahulunya adalah termasuk kawasan terpenting di kota Makassar. Jalan ini merupakan jalan utama di kota Makassar dimana di lokasi ini berdiri bangunan-bangunan besar seperti Gouverneur Bureau yang berfungsi sebagai kantor pegawai pemerintahan, gedung pertemuan dan hiburan Societeit de Harmonie.


Gambar 2: Hooge Pad (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)



Gambar 3: Hooge Pad dari arah timur (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)

Bangunan-bangunan lainnya di jalan ini seperti Oranje Hotel (sekarang di lokasinya telah berdiri kantor BRI), apotheek (sekarang gedungnya masih ada dan berfungsi sebagai apotik Kimia Farma), gouverneurs wouning atau kediaman gubernur (sekarang telah menjadi kantor Polwiltabes Makassar), sekolah, civiele gevangenis (penjara), kerkhof atau pemakaman Nasrani dan pemakaman Tionghoa yang masuk dalam wilayah kampong Patoenoeang (Pattunuang) dan bangunan lainnya. Kawasan jalan ini diperuntukkan bukan untuk kawasan hunian masyarakat umum.


Gambar 4: Oranje Hotel (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)



Gambar 5: Kegiatan di Gouverneurs Wouning (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)


Gambar 6: Apotheek (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)


Gambar 7: Civiele Gevangenis (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)

Ada yang menarik kalau kita mencermati asal mula nama kampong Pattunuang. Kawasan kampong tersebut dahulunya terdapat pemakaman Tionghoa yang pada umumnya salah satu proses pemakamannya dilakukan dengan cara kremasi atau pambakaran di krematorium. Dari proses pembakaran itu mungkin asal mula nama kampong Pattunuang yang dalam bahasa Makassar artinya ‘pembakaran’. Tapi ini masih pendapat pribadi penulis.


Gambar 8: Kerkhof atau pemakaman (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)

Lokasi kawasan pemakaman tersebut sekarang berada di sekitar sebelah timur Tronk Weg (jalan Nusa Kambangan sekarang) dan sampai ke arah timur di jalan masuk RS Akademis Jaury Jusuf Putra sekarang, terus ke arah utara sampai batas jalan Wahid Hasyim Pasar Sentral Makassar.

Dan berdasarkan peta tua kota Makassar, ternyata jalan masuk ke RS Akademis dahulunya bernama Chineesche Kerkhof Weg yang memanjang membelah pemakaman Tionghoa dan berakhir di jalan Satangnga sekarang. Namun sekarang ruas jalan tersebut telah terpotong dan masuk dalam kawasan RS Akademis (saya tidak mengetahui kenapa badan jalan Chineesche Kerkhof Weg sampai bisa diambil alih menjadi kawasan rumah sakit tersebut).

Kawasan yang sekarang menjadi kantor Walikota Makassar dulunya adalah tanah kosong atau lapangan milik Gereja Protestan yang berada di sudut Hooge Pad dengan Gouverneurslaan (sekarang menjadi jalan Balaikota). Lapangan tersebut dulunya bernama Kerkplein yang membentang dari area kantor Walikota sampai ke area Taman Macan sekarang.


Gambar 9: Kerkplein (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)

Selain itu di lokasi Hooge Pad juga terdapat bangunan milik perkumpulan freemason (vrijmetselarij) yang biasa di istilahkan dalam bahasa Indonesia dengan loji dengan nama Arbeid Adelt, bangunan ini sudah tidak ada lagi dan di lokasi tersebut sekarang berfungsi sebagai bangunan yang teletak di sisi sebelah kanan SMP Negeri 6 Makassar. Selain itu di belakang loji ini dahulu terdapat froebel school atau taman kanak-kanak dan bangunan sekolah tersebut menjadi bagian dari SMP Negeri 6 Makassar yang terpisah dari bangunan induk sekolah yang berada di depan.



Gambar 10: Loji Arbeid Adelt (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)

Adanya bangunan loji freemason di kota Makassar tersebut membuktikan kalau kota Makassar sudah merupakan kota besar dan sejajar dengan kota-kota besar lainnya di wilayah Nederland Indies pada jaman itu, karena pengikut perkumpulan rahasia freemason umumnya terdiri dari kalangan aristokrat, pejabat, dan kalangan atas bangsa Eropa.




Gambar 11:Ruang Pertemuan dalam Loji Arbeid Adelt (Sumber: KITLV, Leiden, Belanda)

Dan kalau pun ada masyarakat bumiputera yang menjadi anggota, mereka umumnya dari kalangan aristokrat atau ningrat dan kaum terpelajar. Unsur masyarakat seperti ini hanya ada di kota yang tergolong besar dan modern.


Demikianlah gambaran jalan Ahmad Yani di jaman Nederlandsch-Indie.*  (Faizal A.Saud)