MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Jumat, 08 Desember 2017

Menteri Nasir: Pimpinan PTN Harus Siap Hadapi Era 'Disruption Innovation'


(Foto: Kemenrisdikti RI, 2017)

Smartcitymakassar.com. --Jakarta- Menteri Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Menristekdikti) Mohamad Nasir, baru saja melantik Rektor dan Direktur Perguruan Tinggi Negeri (PTN) di lingkungan Kemenristekdikti.

Selain mengucapkan selamat kepada pemimpin PTN yang baru saja dilantik, Nasir berpesan untuk mempersiapkan tugas kedepan yang jauh lebih berat karena situasi masa lalu tidaklah mudah dari situasi masa kini.

“Kerja keraslah yang menjadi kunci utama. Saya harap para pemimpin baru dapat menjadikan universitas dan politeknik supaya lebih baik lagi serta mampu menyediakan lulusan yang bekualitas. PTN juga harus mampu mengubah kearah tata kelola universitas yang baik, kuncinya yaitu transparansi, jujur, dan bertanggung jawab,” kata Nasir disela-sela sambutannya pada Pelantikan Pemimpin PTN di Auditorium Kemenristekdikti, Senayan, Jakarta, Selasa (05/12/2017), seperti dikutip di situs resmi Kemenrisdikti RI.

Nasir menjelaskan, sudah saatnya melakukan perubahan karena saat ini adalah era yang persaingannya sudah semakin tinggi. Ia juga mengatakan, era saat ini telah mengalami era ‘Disruption Innovation’ dan para pemimpin PTN harus siap menghadapi era sekarang ini.

“Yang harus diperhatikan betul dalam era disruption innovation ini, kita tidak lagi mengelola lembaga sebagai ‘Business as Usual’, tetapi bagaimana suatu lembaga bisa bersaing di era global dengan cepat, akuntanbilitas dan transparansi yang baik,” pungkasnya.

Menteri Nasir juga mengingatkan kepada para pemimpin universitas yang baru untuk melakukan perubahan dalam mengelola universitasnya. “Minimal bisa menempuh Akreditasi A, kalau bisa Akreditasi di tingkat internasional, inilah perjuangan yang harus dilakukan bersama,” imbuhnya.

Selain itu, Nasir juga mengingatkan kepada para pemimpin politeknik untuk segera menyiapkan sumber daya yang berkualitas dan punya kemampuan dalam pendidikan vokasi.

“Tidak cukup lulusan politeknik hanya mendapatkan ijazah saja, perlu dikembangkan sertifikat kompetensi pada masing-masing prodi di politeknik tersebut. Dosen juga harus mempunyai sertifikat kompetensi agar mereka betul-betul menjadi dosen profesional sesuai bidangnya. Dosen yang ada di politeknik juga tidak cukup dari akademisi saja, tetapi harus melibatkan dari industri yang terkait,” tambah Menrisdikti RI ini.* (Berita Kemenrisdikti RI / Iskandar Burhan