MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Kamis, 24 Desember 2015

District 26: Antara Rumah Makan dan Filosofi Café



Smartcitymakassar.com. --Makassar- Kota Makassar memang ‘surganya’ bisnis kuliner dan café. Bisa dikatakan bahwa hampir disetiap jalan dan pojok kota, usaha rumah makan, café dan berbagai jenis usaha kuliner menjamur bagai cendawan di musim penghujan.

Di Selatan Kota Makassar, tepatnya di jalan Lanto Daeng Pasewang No. 26, hadir sebuah café yang terbilang unik. Mengusung konsep “eatry and coffee shop”, bisnis kuliner ini memadukan antara rumah makan dan café. Di-launching pada September 2015, owner bisnis café ini, Sultan Hasanuddin, memberinya label nama Dictrict 26.

Melihat desain interior café ini, kesan kuat yang disasar adalah segmen pasar untuk kalangan kaum muda dari kelas menengah-atas. Memasuki café ini, kesan pertama yang tertangkap adalah konsep dan  filosofi café yang menawarkan nilai keakraban. Di sisi dinding sebelah kanan, sebuah meja panjang yang menyerupai bartender tertata elegan. Sebuah mesin peracik kopi bertengger di sana. Di sinilah berbagai jenis minuman dan kopi diracik.

Uniknya, pada dinding di belakang meja bartender, menempel daftar menu yang ditawarkan dengan tampilan yang cukup menarik, yakni menuliskan menu dengan cara serupa tulisan tangan pada papan tulis. Memang kesan dinamis, berjiwa muda serta ‘anti kemapanan’ cukup kental mencuat ketika memasuki café district 26 ini.

Apalagi ketika lebih masuk ke dalam maka ditemui dinding dengan lukisan graffiti mendominasi ruangan. Nuansa post-modernis serta minimalis adalah sebutan yang cukup tepat untuk sedikit menggambarkan café ini. Kursi dan meja untuk pelanggan yang mungil sangat menyatu selaras dengan suasana interior ruangan café.

Menurut owner café  District 26, Sultan Hasanuddin, pilihan interior ini memang sengaja dibentuk untuk membuat nyaman pelanggan yang menjadi segmen pasarnya. Namun tidak berhenti disitu saja, harga menu yang ditawarkannya pun memang masuk dalam kategori kocek kaum muda. Dari semua menu andalan yang ditawarkan, seperti, nasi bakar, ayam penyet serta berbagai jenis kopi, semuanya dibawah 20.000 Rupiah.

“Dengan suasana bintang lima dan harga kaki lima, kami ingin memberi yang terbaik untuk pelanggan kami”, kata Sultan. Memang kehadiran café District 26 ini menjadi sebuah pilihan yang menarik bagi kalangan muda Kota Makassar yang punya kegemaran kongkow-kongkow. Tidak mengherankan bila, kebanyakan pelanggan café District 26 ini berasal dari berbagai komunitas anak muda kota Makassar.

Memang ketatnya persaingan bisnis café di kota Makassar mengharuskan para pelaku bisnis ini harus pandai membangun brand identity-nya. Kemampuan menyasar pasar yang tepat serta menegelola pasar tersebut dengan berbagai inovasi menjadi harga mati bila ingin tetap eksis di sektor ini. “Kami menyasar ceruk pasar kaum muda dan komunitas di kota Makassar yang masih sangat luas. Sehingga café ini bukan hanya sekedar tempat makan dan minum semata, namun menjadi identitas mereka”, ujar Sultan.* (Thoha Pacong)