Smartcitymakassar.com. --Makassar- Kota Makassar memang ‘surganya’ bisnis kuliner
dan café. Bisa dikatakan bahwa hampir disetiap jalan dan pojok kota, usaha
rumah makan, café dan berbagai jenis usaha kuliner menjamur bagai cendawan di
musim penghujan.
Di Selatan
Kota Makassar, tepatnya di jalan Lanto Daeng Pasewang No. 26, hadir sebuah café
yang terbilang unik. Mengusung konsep “eatry and coffee shop”, bisnis kuliner
ini memadukan antara rumah makan dan café. Di-launching pada September 2015, owner
bisnis café ini, Sultan Hasanuddin, memberinya label nama Dictrict 26.
Melihat
desain interior café ini, kesan kuat yang disasar adalah segmen pasar untuk
kalangan kaum muda dari kelas menengah-atas. Memasuki café ini, kesan pertama
yang tertangkap adalah konsep dan
filosofi café yang menawarkan nilai keakraban. Di sisi dinding sebelah
kanan, sebuah meja panjang yang menyerupai bartender
tertata elegan. Sebuah mesin peracik kopi bertengger di sana. Di sinilah
berbagai jenis minuman dan kopi diracik.
Uniknya,
pada dinding di belakang meja bartender,
menempel daftar menu yang ditawarkan dengan tampilan yang cukup menarik, yakni
menuliskan menu dengan cara serupa tulisan tangan pada papan tulis. Memang
kesan dinamis, berjiwa muda serta ‘anti kemapanan’ cukup kental mencuat ketika
memasuki café district 26 ini.
Apalagi
ketika lebih masuk ke dalam maka ditemui dinding dengan lukisan graffiti mendominasi ruangan. Nuansa
post-modernis serta minimalis adalah sebutan yang cukup tepat untuk sedikit
menggambarkan café ini. Kursi dan meja untuk pelanggan yang mungil sangat
menyatu selaras dengan suasana interior ruangan café.
Menurut
owner café District 26, Sultan
Hasanuddin, pilihan interior ini memang sengaja dibentuk untuk membuat nyaman
pelanggan yang menjadi segmen pasarnya. Namun tidak berhenti disitu saja, harga
menu yang ditawarkannya pun memang masuk dalam kategori kocek kaum muda. Dari
semua menu andalan yang ditawarkan, seperti, nasi bakar, ayam penyet serta
berbagai jenis kopi, semuanya dibawah 20.000 Rupiah.
“Dengan suasana bintang lima dan harga kaki
lima, kami ingin memberi yang terbaik untuk pelanggan kami”, kata Sultan.
Memang kehadiran café District 26 ini menjadi sebuah pilihan yang menarik bagi
kalangan muda Kota Makassar yang punya kegemaran kongkow-kongkow. Tidak mengherankan bila, kebanyakan pelanggan café
District 26 ini berasal dari berbagai komunitas anak muda kota Makassar.
Memang
ketatnya persaingan bisnis café di kota Makassar mengharuskan para pelaku
bisnis ini harus pandai membangun brand
identity-nya. Kemampuan menyasar pasar yang tepat serta menegelola pasar
tersebut dengan berbagai inovasi menjadi harga mati bila ingin tetap eksis di
sektor ini. “Kami menyasar ceruk pasar kaum muda dan komunitas di kota Makassar
yang masih sangat luas. Sehingga café ini bukan hanya sekedar tempat makan dan
minum semata, namun menjadi identitas mereka”, ujar Sultan.* (Thoha Pacong)