smartcitymakassar.com -Nasional- Kota Surabaya, Jawa
Timur adalah salah satu kota di Indonesia yang mampu melakukan transformasi
besar dalam pendekatan pembangunannya. Transformasi kota dengan jumlah penduduk
sekitar 3 juta jiwa ini memang tak lepas dari sosok Tri Rismaharani, Wali Kota
Surabaya yang pada pilkada 2015 lalu terpilih kembali memimpin kota ini.
Sosok Tri Rismaharani memang tak bisa dilepaskan dari seluruh
detak perubahan kota Surabaya. Dia telah menjadi ikon perubahan kota dengan
pendekaann yang cukup unik dan membumi. Bahkan sebuah majalah nasional yang
ternama menisbahkannya sebagai “sang penyulap kota yang memanusiawikan warga”.
Ada banyak hal yang telah dilakukan sejak pemerintahannya
diperiode lalu. Mulai dari melakukan reformasi birokrasi dengan meringkas jalur
admistrasinya, menyatukan Divisi kebersihan dan Divisi Pertanaman yang dulu
terpisah dan yang fenomenal yakni menutup lokalisasi dengan sebuah pendekatan
yang sangat manusiawi.
Namun yang paling menarik dari perubahan yang dicanangkan
sang Wali Kota Surabaya yang lahir 20 November 1961 ini adalah bagaimana
menjadikan taman kota menjadi bagian yang melekat pada dinamika pembangunan
sebuah kota. Baginya taman adalah suplemen kesehatan bagi warga. Di taman
kotalah warga dapat menikmati ruang publik dan merekatkan kembali nilai
kemanusian seseorang. “Di taman anak-anak bisa belajar memupuk rasa percaya
diri, bertemu denga berbagai lapis masyarakat tanpa ada perbedaan jarak antara
kaya dan miskin”, ujarnya
Tidak mengherankan bila sejak kepeminpinan alumnus
Arsitektur Institut Teknologi Sepuluh Nobember Surabaya ini, jumlah area publik
di Kota Surabaya melonjak drastis. Setidaknya tercatat pada tahun 2012 saja
sudah ada 45 ‘taman kota aktif’ yang bisa dikunjungi dan sekitar 250 “taman
kotaf pasif” yang menjadi elemen penunjang keindahan tersebar sampai ke
pojok-pojok Kota Surabaya.
Taman dan ruang publik di kota ini memang benar-benar
menjadi bagian yang hidup dalam dinamika kota dan warganya. Fasilitas yang
disediakan menjadi isyaratnya bila ruang publik ini tidak sekedar dibangun
hanya untuk ‘pajangan’ kota. Mulai dari tempat nongkrong dan makan, tersedia
pula area sepatu roda, lapangan futsal, lapangan basket hingga koneksi internet
gratis.
Tidak sampai di situ saja, bahkan di beberapa tempat, ruang
publik Kota Surabaya diperlengkapi dengan perpustakaan umum serta area parkir
yang gratis.Yang mengagumkan karena semua taman ini tidak boleh dipagar dan
terbuka 24 jam.
Pengelolaan taman ini memang banyak menghabiskan dana
pemerintah . Tahun 2012 saja, anggaran yang terkuras untuk pemeliharaan
tersebut sudah mencapai Rp.5,5 miliar pertahun. Belum lagi tagihan listrik
untuk penerangan taman dan jalan telah merogoh kocek pemerintah kota sebesar
Rp. 60 miliar setahun.
Namun Wali Kota Surabaya ini tidak kehabisan akal untuk
menyiasatinya. Untuk meringankan beban anggaran, Risma menggandeng pihak swasta
melalui sosial corporate rensponsibility
(CSR) yang menjadi tanggungjawab sosial perusahaan. Hasilnya memang sangat
dirasakan masyarakat Kota Surabaya. Bahkan Kementerian Lingkungan Hidup
menisbahkan kota ini sebagai kota pioneer
dalam gerakan aksi Indonesia Bersih. * (Makmur Gazali)