MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Sabtu, 09 Januari 2016

New Public Service: Warga Sebagai Pemilik



Makassar. Smartcitymakassar.com.  Buku ini bermaksud menggambarkan dengan cara sederhana mengenai sejumlah masalah normatif serta menawarkan cara berpikir alternatif tentang administrasi publik.  Masalah-masalah normatif itu dirangkum dan dikaji dari sejarah perkembangan dua aliran pemikiran atau teori dalam administrasi publik, yakni aliran pemikiran lama (old public administration) dan baru (new public management).  Dari hasil kajian tersebut lalu ditawarkan konsep New Public Service atau layanan publik baru. (public administration). Terjemahan yang dibangun melalui proses eksplorasi teoritis dan berangkat dari beragam praktek inovasi yang diterapkan pada sejumlah kantor layanan publik.

Kata kunci dalam membangun konsep Layanan Publik Baru adalah demokrasi, warganegara dan pelayanan bagi kepentingan public (service in the public interests).  Pada aliran old public administration, tujuan pemerintah adalah memberikan pelayanan yang efisien melalui perubahan dalam struktur dan sistem pengawasan dalam organisasi.  Sedikit kebutuhan dalam hal keterlibatan publik.  Walaupun terdapat besarnya perhatian terhadap nilai-nilai demokratis dalam pelayanan, masalah hierarki dan pengawasan adalah tetap yang berlaku.

Sementara itu, aliran pengelolaan publik baru (new public management) melihat masalah administrasi publik dengan cara yang berbeda.  Konsep ini menggunakan sejumlah istilah dalam dunia usaha, seperti pasar, entrepreneur, dan pelanggan.   Warganegara dianggap sebagai pelanggan.  Pelayanan kepada warga adalah masalah bagaimana mengatur sistem insentif.  Para pegawai pemerintah diharapkan berperan sebagai pengambil resiko.  Konsep ini melihat masalah administrasi publik sebagai masalah memahami perilaku manusia (human behavior). 

Dari pemahaman perilaku ini dianggap bahwa pilihan ataupun tindakan yang dilakukan pemerintah dan aktor-aktor lainnya adalah berdasarkan pada kepentingan-diri mereka sendiri.  Mengacu dari hal tersebut, tugas pemerintah adalah melancarkan dorongan pasar atau publik (market forces).  Lancarnya dorongan tersebut akan kemudian memfasilitasi pilihan-pilihan individu di satu sisi, dan menciptakan efisiensi di sisi lainnya.

Perhatian terhadap warga, yang dianggap sebagai pelanggan oleh new public management di atas, dilihat lebih dalam dan menjadi salah satu tema utama dalam konsep Layanan Publik Baru.  Konsep layanan public baru ini memperhatikan perilaku warga tidak semata dalam hal kepentingan-diri atau self-interest.  Tetapi, juga menyangkut nilai, kepercayaan, dan perhatian terhadap sesama atau warga lainnya.  Warga dianggap sebagai pemilik pemerintahan dan cakap bertindak untuk tujuan yang lebih baik.  Lebih lanjut, pemahaman bahwa warga yang lebih terlibat dan tercerahkan (engaged and enlightened) adalah hal penting bagi administrator publik untuk mencapai suatu tata-kelola yang demokratis.   

Dengan kata lain, konsep Layanan Publik Baru ini tidak hanya memerlukan pendefinisian kembali dalam hal bagaimana melayani warga, tapi juga memerlukan perubahan menyangkut bagaimana kita melihat diri serta tanggung jawab kita.  Perhatian kita difokuskan kembali kepada hal-hal seperti nilai-nilai ideal demokrasi dan kepentingan publik, kepada hal-hal menyangkut kewarganegaraan dan martabat kemanusiaan, kepada masalah layanan dan komitmen, yang semuanya menjadi basis bagi segala sesuatu yang kita kerjakan.

Buku ini penting khususnya bagi administrator publik.  Para administrator publik dapat mengetahui dimana posisi mereka diantara aliran pemikiran di dalam administrasi publik; apakah pada old public administration, new public management, ataukah new public service. Posisi ini selanjutnya dapat menjadi petunjuk bagaimana para administrator publik akan bertindak berdasarkan pada asumsi dan prinsip dimana tindakan tersebut mengacu.  Jadi, misalnya, mereka yang menganut faham memfasilitasi kepentingan-diri individu warganegara, maka pemerintah melakukan sejumlah tindakan tertentu berdasarkan acuan tersebut.  Namun, jika bersandar pada tanggungjawab untuk mendorong keterlibatan warganegara, untuk membangun komunikasi atau percakapan publik, serta memperhatikan kepentingan publik, maka tindakannya akan sangat berbeda dengan yang sebelumnya. 

Sehingga, buku ini dapat memberikan sumbangan penting bagi para administrator publik ketika mampu mengetahui dan mengerti tujuan dari masing-masing aliran pemikiran administrasi pemerintahan, yang kemudian menjadi acuan untuk menghadapi tantangan kompleks dan beragam di masa depan.  Yang lebih penting juga, untuk mengantisipasi dorongan melakukan perubahan atau transformasi dalam sistem administrasi publik.  Perubahan praktis semacam ini dapat dilihat pada reformasi dalam administrasi pemerintahan di Selandia Baru dan Australia.  Di Selandia Baru, konsep birokrasi perintah dan pengawasan diganti menjadi konsep insentif pasar, menfokuskan semata pada keluaran (output) dan hasil dibanding input, serta ketergantungan besar pada sistem insentif.  Australia juga melakukan perubahan dalam pendekatan terhadap pengelolaan pemerintahan ketika Perdana Menteri Robert Hawke menyetujui apa yang disebut “mengelola untuk hasil” (managing for results) dan berujung pada penekanan pada efisiensi, produktivitas, dan akuntabilitas terhadap hasil.* (Riad Mustafa)