MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Senin, 22 Februari 2016

Menghindari "Tirani" Kesuksesan dengan Aliran Inovasi




Smartcitymakassar.com. --Makassar- Buku ini mengawali dengan beberapa contoh tentang perusahaan besar dunia yang mengalami kesulitan; sebagian tertatih melewati kesulitan, sebagian bahkan tutup. Masalah yang dihadapi berasal dari kegagalan mempertahankan keunggulan kekinian mereka dengan kemampuan memperbaharui organisasinya ke depan, secara simultan. Disebut secara simultan, karena untuk tetap bertahan dalam bisnis, pada posisi, perusahaan butuh inovasi dan stablitias. "We like to say it's innovation and stability," kata L. D. Simone, mantan CEO 3M.

"Winners often become losers," adalah fenomena tentang beberapa perusahaan besar dunia di atas. Keunggulan kerap menjadi sumber kegagalan. Kenapa? Karena kesuksesan memiliki adalah "pedang bermata-dua", dan kesuksesan, menurut buku ini, dapat menciptakan tirani; "tyranny of succes"; kesuksesan efektifitas jangka-pendek menjadi benih kegagalan organisasi dengan menghambat kemampuan adaptasi jangka-panjangnya.

Untuk memahami fenomena tersebut, haruslah mengetahui jelas bagaimana misalnya perubahan teknologi berpengaruh terhadap siklus inovasi, standar di industri muncul, perubahan dalam teknologi yang memerlukan perubahan yang sesuai dalam manajemen dan organisasi, serta budaya organisasi sebagai faktor utama sebagai pendukung atau penghalang dari tanggapan manajemen organisasi terhadap perubahan yang terjadi.

Fenomena tersebut adalah mengenai bagaimana secara simultan mengelola persyaratan keunggulan masa sekarang dan peluang-peluang masa depan. Singkatnya, bagaimana membangun "ambidextrous organisation". Prinsip "ambidextrous organization" melihat hal-hal seperti konsistensi, keandalan (realibility), efisiensi sama pentingnya dengan kecepatan, inovasi dan daya-tanggap organisasi.

Untuk mengelola kondisi kekinian organisasi, buku ini menguraikan bagaimana membangun organisasi dalam hal kemampuan, struktur, kompetensi dan secara khusus budaya. Secara detail diuraikan cara menetapkan pilihan-pilihan strategis dari konteks lingkungan, sumber daya dan sejarah organisasi, untuk selanjutnya menentukan strategi, sasaran dan visi organisasi. 

Dengan strategi, sasaran, dan visi yang jelas, maka "gap" atau kesenjangan kinerja dan peluang dapat dikenali. Mengetahui kesenjangan ini berguna mengetahui posisi suatu organisasi di masa depan ketika secara proaktif melakukan perubahan dari sekarang. Empat elemen penting, yang dianggap sebagai pembentuk kesuksesan kekinian organisasi, dalam pertimbangan kesenjangan ini adalah tugas-tugas kritis dalam organisasi, budaya, orang, dan organisasi itu sendiri. Keempat elemen penting dikaji kesesuaiannya satu sama lain, dengan pendekatan manajerial disebut "congruence" atau kesesuaian. Pendekatan manajerial kesesuaian, atau kesejajaran ("alignment"). 

Berikutnya, adalah pengelolaan organisasi untuk keberhasilan jangka panjang, dengan prinsip aliran inovasi, atau "streams of innovation". Perusahaan yang berhasil melewati waktu, adalah yang aktif menerapkan aliran inovasi. Aliran inovasi mencakup inovasi inkremental, inovasi arsitektural, dan inovasi diskuntinyu. Dengan prinsip ini, organisasi mampu mendapatkan keuntungan penting dari munculnya pasar baru bagi teknologi yang ada (existing technology). Juga secara proaktif memperkenalkan produk pengganti (substitute products), yang bahkan dengan jalan "kanibalisasi" dari produk yang ada, menciptakan pasar baru, dan standar atau peraturan kompetitif.

Konsep aliran inovasi berasal dari siklus teknologi. Siklus teknologi meliputi (1) diskontinuitas teknologi, (2) diikuti oleh periode pergolakan (period of ferment), (3) munculnya desain dominant (dominant design), dan (4) periode perubahan inkremental (bertahap), dan kembali ke diskontinuitas teknologi.  

Siklus diawali oleh  ketika terjadi perubahan teknologi secara diskontinuitas, (seperti munculnya teknologi yang baru), ataupun dipicu oleh kemajuan bidang rekayasa atau sains yang bersifat tidak dapat diprediksi dan jarang. Situasi ini memecah pola inovasi inkremental yang sedang berlaku, serta menghasilkan periode pergolakan (ferment). Dalam periode ini sejumlah varian teknologis berkompetisi untuk mendapatkan penerimaan pasar. Kompetisi terjadi antara teknologi baru dan yang ada. Periode ini ditandai ditandai situasi yang membingungkan dan tidak pasti, mahal bagi konsumen, pemasok, vendor, ataupun pihak pembuat kebijakan.

Periode bergolak berakhir saat munculnya desain suatu teknologi yang dominan, atau terciptanya standar industri. Ketika ini terjadi, organisasi yang saling bersaing akan mengacu ke standar tersebut, atau jika tidak berisiko terlempar dari pasar. 

Pada fase keempat, inovasi berpindah dari umumnya inovasi terhadap variasi produk menuju ke inovasi proses yang menjadi inovasi inkremental, yang secara terus-menerus melakukan perbaikan. Pada fase ini terjadi inovasi arsitektural (architectural innovation) yang menghubungkan atau mengkombinasikan teknologi yang ada dalam beberapa cara. Rekonfigurasi produk ini dapat membawa ke pasar berbeda.

Secara ringkas dapat dikatakan, bahwa pada "ferment period" berhubungan dengan inovasi produk yang bersifat diskontinuitas, dan berlanjut dengan pengelolaan inovasi proses fundamental pada fase "dominant design" yang juga periode dari terjadinya perubahan inkremental. Pada fase ini, perubahan inkremental dapat menghasilkan inovasi inkremental dan arsitektural, untuk selanjutnya kembali menuju ke inovasi diskontinuitas yang menandai bermulanya siklus teknologi baru.

Untuk memenangi keunggulan kompetitif tidaklah dengan berhasil pada salah satu dari ketiga jenis inovasi tersebut. Tapi dengan aliran inovasi (stream of innovation). Menguasai aliran inovasi berarti organisasi mengelola dengan baik ketiga jenis inovasi tersebut dalam seluruh siklus teknologi dihubungkan dengan siklus hidup suatu produk (product life cycle). Organisasi yang mampu mengelola dengan cara ini disebut "ambidextrous organization".

"Ambidextrous organization" menunjukkan bahwa organisasi dapat menjalankan beberapa kompetensi, budaya, serta arsitektur yang secara internal tidak cocok dengan arsitektur organisasi secara umum, dengan kemampuan yang di satu sisi memiliki efisiensi, konsistensi, dan realibilitas, dan di sisi lain memiliki kemampuan eksperimen, improvisasi dan keberuntungan.* (Riad Mustafa)


Judul: Winning Through Innovation: a Practical Guide to Leading Organizational Change and Renewal
Pengarang: Michael L. Tushman dan Charles A. O'Reilly III
Penerbit: Harvard Business School Press
Tahun: 2002
Kota: Boston
Halaman: 260 Halaman