MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Jumat, 07 April 2017

"Gorengan Kembar 94" Punya 2 Cabang di Makassar



(Foto: Fatahillah, SmartcityMakassar Online News®, 2017)


Smartcitymakassar.com. --Makassar- Sore itu saat di Jalan Datuk Ribandang, Makassar, kembali saya melewati salah satu penjual gorengan yang ramai dikunjungi, "Gorengan Kembar 94".


Terlihat tempat parkir yang biasanya sudah dijejali kendaraan tampak masih terisi sepertiganya. Kesibukan beberapa karyawannya belum pada puncaknya.

Inilah saat yang pas untuk singgah sambil mencari jawaban atas rasa ketertarikan saya, dan mungkin warga lain, yang tiap hari menyaksikan sibuknya antri para pembeli. Apakah karena gorengannya yang menarik? Atau ada hal menarik lainnya? Bagaimana kisahnya?

Pemilik "Gorengan Kembar 94" menerima saya. Abdul Gaffar, dia memperkenalkan namanya, saat saya menikmati sarabba hangat. Menyeruput hangatnya sarabba memantik untuk mengawali daftar pertanyaan saya.

Abdul Gaffar menguraikan, sarabbanya menggunakan gula aren atau merah, bukan gula pasir, untuk bahannya. Saya sepakat. Minuman hangat kegemaran warga Makassar ini tampak seimbang antara rasa manis dan pedasnya jahe dan peran santan sebagai "pelembut".

Selang beberapa saat, ubi goreng jalar pun ditawarkan Abdul Gaffar saat antusias bercerita tentang nama usahanya. Menurutnya, kata "kembar" diambil dari anaknya yang kembar, Fitri dan Firda. Tahun kelahiran mereka, 1994, menambah nama itu.

Terasa renyah di bagian luar; crispy. Bagian dalamnya, lembut. Sebaiknya disantap hangat. Begitulah saya rasa ubi jalar goreng yang disediakan. Segera pun Abdul Gaffar menyebut gorengan lainnya agar saya tidak tertuju pada ubi jalar itu saja. Mungkin.

"Gorengan Kembar 94" yang mulai berjualan dari jam 9 pagi hingga 12 malam, menjual beragam macam gorengan. Ada bakwan, tempe, tahu isi, ubi jalar goreng, lumpia, pisang goreng, pisang molen dan onde-onde.

Aneka ragam gorengan ini tidak hanya ada di Jalan Datuk Ribandang. Pelanggan pun bisa ke Jalan Yos Sudarso dan Cenderawasih. Keduanya adalah cabang dari "Gorengan Kembar 94" ini, cerita Abdul Gaffar beberapa saat sebelum saya berpamitan dan beranjak keluar seiring keramaian mulai bertambah.* (Fatahillah Mansur)