MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Rabu, 24 Februari 2016

Aira: Menggambar Lingkungan suatu Kota yang 'Smart' dengan "Diet Plastik"



Smartcitymakassar.com. --Makassar- Ada pemandangan berbeda, warna lain, dari aksi Kerja Bakti Massal serentak di seluruh wilayah Kota Makassar, Minggu (21/02/2016), di Jalan Penghibur. Seorang anak perempuan mampu 'menggambarkan' suasana kegiatan akbar itu, dengan bahasa seusianya, kala turut berpartisipasi bersama kedua orangtuanya. Keikutsertaannya simbolis, memuat makna penting ketika membahas kota yang 'smart'. 

'Gambarnya' adalah sebuah pemandangan berbeda, tentang seorang anak dikelilingi orang dewasa, seusia orangtuanya. Warna 'gambar'nya, yang dipancarkannya pun, sungguh lain, punya daya pikat, menunjukkan nilai unik, bobotnya cemerlang. Dia menggunakan kostum warna-warni, modelnya lain sehingga memikat. Sebagian bahannya dari plastik. Unik plus cemerlang.

Dengan plastiklah, Aira, nama kecil atau sapaan akrabnya, ikut serta dalam kerja bakti massal. Bersama kedua orang tuanya, Aira turut meramaikan kegiatan menggunakan 'plastik' sebagai 'bahasa' partisipasinya. Orangtuanya menamakan model baju Aira, "Diet Plastik". Partisipasi Aira, yang masih duduk di bangku SD kelas 1, tidak datang tiba-tiba di Hari Peduli Sampah Nasional 2016, Minggu (21/02/2016) itu. Jejaknya jauh, ketika Aira masih di TK, sekitar tiga tahun lalu, diawali di rumah, berkat ayah dan ibunya.

Ayahnya, Ahmad Yusran telah memperkenalkan Aira, kala di TK, tentang kata-benda "plastik"; bagaimana menggunakan plastik sebaik mungkin, tentang mengurangi atau meminimalkan kehadiran plastik dalam kehidupan sehari-hari, di dalam atau di luar rumah.  Ahmad Yusran memperkenalkan, lalu membangun budaya menjaga dan memelihara lingkungan agar tidak rusak karena plastik. "Diet plastik" Aira dimulai sejak di bangku TK itu.




Visi 'ecology-family' ini, demikian Ahmad Yusran menyebutnya bagi pendekatan pengenalan lingkungan pada keluarga, punya dasar dan karakter kuat. Ayah dan Ibu Aira adalah aktivis dan pemerhati lingkungan. Ayahnya sekarang adalah ketua Forum Komunitas Hijau Makassar, anggota Dewan Presidium Sungai Indonesia, dan Sekretaris Forum Pengurangan Resiko Bencana Makassar. Model baju "Diet Plastik" Aira adalah rancangan ibunya.

Dalam kerangka besar mendukung 'hari-hari' dari Hari Peduli Sampah Nasional (HPSN) 2016, 'bahasa' yang dikomunikasikan oleh Aira dan orangtuanya, punya pesan jelas, sederhana, dan terukur. Pesannya jelas, yakni menjaga dan memelihara lingkungan. Sederhana, karena cukup dimulai dengan plastik. Dengan 'diet plastik', sasarannya dapat terukur, mengurangi 'bobot' plastik dalam kehidupan sehari-hari. 'Hari-hari' di atas bermakna bahwa pesan itu tidak sekadar berlaku selama irama HSPN di tahun 2016 saja. 'Hari-hari' adalah saat dan setelah HSPN 2016, sepanjang masih ada kata 'hari'.

Dari 'gambar' milik seorang Andi Nisfatul Aira, nama lengkap Aira, ada makna bisa digali. 'Gambar' itu, di satu sisi, mengandung makna bahwa sumber penting dari partisipasi masyarakat 'smart city' berasal dari keluarga. Contoh sederhana dan mendasar, pendekatan "Ecology-Family" itu . "Eco-Family" adalah dasar penting sejumlah konsep atau pendekatan pembangunan yang lebih luas dan berkelanjutan di kota 'cerdas' seluruh dunia. Awalan "eco", melahirkan pendekatan yang telah dikenal; "eco-city" ataupun "ecological economics". Dari dan menuju "eco", terkaitlah prinsip-prinsip seperti "sustainable city", "liveable city", "green city" yang sama diketahui menjadi visi sejumlah kota seperti Barcelona, Frankfurt am Main, Stockholm, dan lain-lain.

'Gambar' Aira itu, murid SD Negeri Patompo, di sisi lain, semestinya diterjemahkan sebagai simbolisasi anak di kota berlabel 'smart'. 'Gambar' dari dunia anak-anak yang selalu riang gembira, dan sungguh-sungguh adalah teman dari alam. 'Orang tua' hadir untuk menjaga hubungan pertemanan itu, dengan bijaksana, sambil penghargaan atas dunianya sebagai syaratnya.

Persis, ketika Aira diajak wawancara 'live' oleh sebuah TV swasta nasional, dia justru kabur ke ibunya untuk minta sarapan bubur. Ayahnya, melihatnya dengan tersenyum. Ayahnya menghormati dunianya.* (Riad Mustafa)