MENUJU PILPRES DAN PILEG 2019

Sabtu, 06 Oktober 2018

Coretan Redaksi: Kita, Duka Palu dan Donggala dan Solidaritas Kemanusian

foto: istimewa  

smartcitymakassar.com - Gempa yang disertai tsunami di Palu dan Donggala menghentak kita semua. Bencana yang meluluh lantakkan Palu dan sekitarnya itu menjadi duka mendalam kita semua. Hingga kini korban meninggal sudah tercatat lebih dari 1000 orang dan diperkirakan terus bertambah.

Seluruh elemen bangsa dan dunia internasional bergerak bersatu. Perbedaan, baik itu dalam spektrum politik, ideologi, ras, suku, agama dikesampingkan. Persaudaraan kemanusiaan kita menyatu dalam duka mendalam ini.

Barangkali, tak ada yang lebih mengharukan selain menyaksikan bagaimana solidaritas kemanusiaan tersebut mampu melampaui segala jenis perbedaan. Panggilan rasa persaudaraan, rupanya masih bergema dan hal tersebut membikin kita sedikit terenyuh. Dunia belum ‘gelap’ benar di hadapan kita. Rasa empati, simpati yang terus mengalir seperti meneguhkan kembali sebuah harapan di tengah duka kesedihan ini.

Dalam kondisi semacam ini, kita bisa menyaksikan gugahan besar solidaritas manusia. Di sana, dalam reruntuhan bangunan, korban yang berserak, kita mendapati binar persaudaraan, kepahlawanan, kebangkitan kembali rasa kemanusiaan kita. 

Apakah memang diperlukan bencana untuk meneguhkan semua itu? Semoga tidak. Bagaimana pun, kita, dalam sisi yang paling lembut masih menyimpan kuat rasa solidaritas kemanusian tersebut. Hanya terkadang kita luput untuk ‘terus berdialog’ dengannya. Memelihara solidaritas kemanusian di tengah gemuruh semakin melebarnya polarisasi antar manusia dan menggumpalnya paradigma kecurigaan, ketidakpercayaan dan perlahan runtuhnya modal sosial kemanusiaan kita memang terasa menjadi sebuah kerja yang sulit.

Namun harapan belum mati. Ada sisi kemanusiaan kita belum punah di sana. Mungkin peradaban yang makin tak manusiawi kerap memojokkannya di relung paling dalam, namun dia akan terus hadir dalam gugahan setiap peristiwa yang mencabik kemanusiaan kita terjadi. Dan itu kita rasakan saat ini. 

Mari pupuk terus hal itu sebagai bagian yang paling penting dalam eksistensi kemanusiaan kita. Solidaritas, tenggang rasa, empati dan simpati dalam bingkai persaudaran. Palu dan Donggala pasti akan bangkit lagi dan menjadi kota yang besar karena dia telah belajar betapa pentingnya solidaritas kemanusian kita. (Makmur Gazali)